PENGERTIAN
SASTRA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata
sastra adalah “karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki
berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi
dan ungkapannya”. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai
kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang
umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang
khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai
dengan wawasannya sendiri.
Menurut Wellek dan Warren (1989) sastra adalah sebuah
karya seni yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. sebuah
ciptaan, kreasi, bukan imitasi
2. luapan
emosi yang spontan
3. bersifat
otonom
4. otonomi
sastra bersifat koheren(ada keselarasan bentuk dan isi)
5.
menghadirkan sintesis terhadap hal-hal yang bertentangan
6.
mengungkapkan sesuatu yang tidak terungkapkan dengan bahasa sehari-hari.
A.Karya Sastra Angkatan ’20-an
atau Angkatan Balai Pustaka
Disebut
Angkatan Dua Puluhan karena novel yang pertama kali terbitadalah novel Azab dan Sengsara yang diterbitkan pada tahun 1921
oleh Merari siregar. Disebut pula sebagai Angkatan Balai Pustaka
karna karya-karya tersebut banyak diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.
Ciri-ciri karya
sastra pada angkatan ’20-an
1. Menggambarkan tema pertentangan paham antara kaum tua dan kaum
muda, soal pertentangan adat, soal kawin paksa, permaduan, dlll.
2.Soal kebangsaan belum mengemuka, masih bersifat kedaerahan
3.Gaya bahasanya masih menggunakan perumpamaan yang klise, pepatah,
peribahasa, tapi menggunakan bahasa percakapan sehari-hari lain dengan bahasa
hikayat sastra lama
4.Puisinya berupa syair dan pantun
5.Isi karya sastranya bersifat didaktis.
Tokoh dan
Karya pada Angkatan ‘20:
1.Merari Siregar : Azab
dan Sengsara (1920), Binasa Kerna Gadis Priangan (1931)
2.Marah Roesli : Siti
Nurbaya (1922), La Hami (1924)
3.Muhammad
Yamin : Tanah Air (1922), Indonesia, Tumpah
Darahku (1928), Ken Arok dan Ken Dedes (1934).
4.Tulis
Sutan Sati : Tak Disangka (1923), Tulis Sutan
Sati (1928), Tak Tahu Membalas Guna (1932), Memutuskan
Pertalian (1932).
5. Nur
Sutan Iskandar: Apa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923), Salah
Pilih(1928), Karena Mertua (1932), Karena
Mertua (1933), Katak Hendak Menjadi Lembu(1935), Cinta yang
Membawa Maut (1926).
6. Djamaluddin
Adinegoro : Darah muda (1927), Asmara jaya (1928),
7.Abas
Soetan Pamoentjak : Pertemuan (1927).
8.Abdul
Muis : Salah Asuhan (1928), pertemuan Jodoh (1933).
9.Aman Datuk
Madjoindo :Menebus Dosa (1932),Si Cebol Rindukan Bulan (1934),Sampaikan
Salkamku Kepadanya (1935).
B.Karya
Sastra Angkatan ‘30 (Pujangga Baru)
Pengertian Karya Sastra Angkatan ‘30
Angkatan ‘30-an
(Pujangga Baru) merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan dari
angkatan ‘20-an. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang diangkat tidak
lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama. Tokoh yang menonjol
dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir Hamzah, dan Sutan Takdir
Alisyahbana. Karya sastra yang menonjol pada saat itu adalah novel Layar
Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana.
Ciri-ciri Karya Sastra Angkatan ‘30
1)Bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, gaya bahasanya
sudah tidak menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa.
2)Temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup
masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan
sebagainya,
3)Bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan
mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang
terdiri dari 14 baris,
4)Pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda.
5)Aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan
6)Setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan
Bentuk karya sastra Angkatan ‘30
1. Puisi
· Ciri-ciri
puisi pada angkatan pujangga baru yaitu :
o Puisinya berbentuk puisi baru, bukan pantun dan syair
lagi,
o Bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam
segi jumlah baris, suku kata, maupun rima,
o Persajakan (rima) merupakan salah satu sarana kepuitisan
utama,
o Bahasa kiasan utama ialah perbandingan,
o Pilihan kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang
indah,
o Hubungan antara kalimat jelas dan hampir tidak ada
kata-kata yang ambigu,
o Mengekspresikan perasaan, pelukisan alam yang indah, dan
tentram.
Puisi baru berdasarkan isinya yaitu :
o Balada adalah
puisi berisi kisah/cerita.
o Himne adalah
puisi pujaan untuk tuhan, tanah air, atau pahlawan.
o Ode adalah
puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
o Epigram adalah
puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
o Romance adalah
puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
o Elegi adalah
puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
o Satire adalah
puisi yang berisi sindiran/kritik.
2. Prosa
Ciri-ciri
puisi pada angkatan pujangga baru yaitu :
o Berbentuk prosa baru yang bersifat dinamis (senantiasa
berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat),
o Masalah yang diangkat adalah masalah kehidupan
masyarakat sehari-hari,
o Alurnya maju,
o Tidak banyak sisipan-sisipan cerita sehingga alurnya
menjadi lebih erat,
o Teknik perwatakannya tidak menggunakan analisis
langsung. Deskripsi fisik yang sedikit,
o Sudut pandang orang ketiga,
o Gaya bahasanya sudah tidak menggunakan perumpamaan, pepatah,
dan peribahasa,
o Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak
di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan,
o Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
o Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan
jelas, dan
· Prosa
baru berdasarkan isinya yaitu :
o Roman adalah
cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap
adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur
bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari
pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh:
karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar
Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
o Riwayat adalah
suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri
(otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa
atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh: Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr.
B.I Habibie atau Ki hajar Dewantara.
o Otobiografi adalah
karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
o Antologi adalah
buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit
Biru karya Ayip Rosyidi
o Kisah adalah
riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian
mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke
Jabar – Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
o Cerpen adalah
suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku,
tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan
Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
o Novel adalah
suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang
luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB.
Mangunwijaya.
o Kritik adalah
karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi
alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya
objektif dan menghakimi.
o Resensi adalah
pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya
bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek
seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan
penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau
dinikmati.
o Esei adalah
ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi
penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun
komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama,
film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif
atau sangat pribadi.
C.Karya
Sastra Angkatan 45
Nama
“Angkatan 45” baru diberikan pada tahun 1949 oleh Rosihan Anwar, meski tidak disetujui banyak sastrawan.
Keberatan itu karena nama itu kurang pantas ditujukan pula kepada para
pengarang, yang notabene berbeda dengan para pejuang kemerdekaan (yang diberi
predikat sebelumnya sebagai Angkatan 45).
Ada 4 tokoh
utama yang sering dianggap sebagai pelopor Angkatan 45: Chairil Anwar, Asrul
Sani, Rivai Apin, Idrus. Chairil seorang individualis dan anarkhis. Asrul
aristokrat dan moralis. Idrus penuh dengan sinisme. Rivai lebih dikenal sebagai
nihilis.
Ciri Karya Sastra Angkatan 45
•terbuka,
•pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
•bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
•sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
•dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
•penghematan kata dalam karya,
•lebih ekspresif dan spontan,
•terlihat sinisme dan sarkasme,didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.
•pengaruh unsur sastra asing lebih luas dibandingkan angkatan sebelumnya,
•bercorak isi realis dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
•sastrawan periode ini terlihat menonjol individualismenya,
•dinamis dan kritis, berani menabrak pakem sastra yang mapan sebelumnya,
•penghematan kata dalam karya,
•lebih ekspresif dan spontan,
•terlihat sinisme dan sarkasme,didominasi puisi, sedangkan bentuk prosa tampak berkurang.
Tokoh-Tokoh Sastra Angkatan 45
Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45, di antaranya sebagai berikut.
a. Chairil Anwar
Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron.
b. Asrul Sani
Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.
c. Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.
d. Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga tersebut.
e. Achdiat Karta Mihardja
Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.
f. Trisno Sumardjo
Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga sebagai pelukis.
g. Utuy Tatang Sontani
Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.
Beberapa sastrawan yang menjadi motor dan pelopor Angkatan 45, di antaranya sebagai berikut.
a. Chairil Anwar
Lahir di Medan, 26 Juli 1922, dan meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Chairil menguasai bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Karya sastranya dipengaruhi oleh sastrawan dunia yang dia gandrungi, seperti Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff dan Edgar du Perron.
b. Asrul Sani
Lahir di Sumatra Barat, 10 Juni 1926, dan meninggal di Jakarta, 11 Januari 2004. Kiprahnya sangat besar pada dunia film Indonesia. Banyak menerjemahkan karya sastrawan dunia seperti: Vercors, Antoine de St-Exupery, Ricard Boleslavsky, Yasunari Kawabata, Willem Elschot, Maria Dermount, Jean Paul Sartre, William Shakespeare, Rabindranath Tagore, dan Nicolai Gogol.
c. Rivai Apin
Lahir di Padang Panjang pada 30 Agustus 1927, dan wafat di Jakarta, April 1995. Pernah menjadi redaktur Gema Suasana, Siasat, Zenith, dan Zaman Baru. Keterlibatannya dalam Lekra menyebabkan dia ditahan dan baru dibebaskan tahun 1979.
d. Idrus
Lahir di Padang, 21 September 1921, dan 18 Mei 1979. Sastrawan dunia yang ia sukai: Anton Chekov, Jaroslov Hask, Luigi Pirandello, dan Guy de Maupassant. Pada masa Lekra, Idrus memutuskan pindah ke Malaysia karena tekanan lembaga tersebut.
e. Achdiat Karta Mihardja
Lahir di Jawa Barat, 6 Maret 1911, dan meninggal di Canberra, Australia, 8 Juli 2010. Kiprahnya guru Taman Siswa, redaktur Balai Pustaka, Kepala Jawatan Kebudayaan Perwakilan Jakarta Raya, dan dosen Fakultas Sastra UI.
f. Trisno Sumardjo
Lahir 1916, dan meninggal 21 April 1969. Selain sebagai sastrawan, dikenal juga sebagai pelukis.
g. Utuy Tatang Sontani
Lahir di Cianjur, 1 Mei 1920 , dan meninggal di Moskwa, 17 September 1979. Ia adalah utusan dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan, 1958. Utuy mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di Moskwa.
D.KARYA SASTRA ANGKATAN 50-AN
CIRI-CIRI
Angkatan 50-an ditandai dengan terbitnya majalah sastra kisah
asuhan H.B. Jassin. Ciri angkatan ini adalah karya sastra yang didominasi
dengan cerita pendek dan kumpulan puisi. Majalah tersebut bertahan sampai tahun
1956 dan diteruskan dengan majalah sastra lainnya.
Pada
angkatan ini muncul gerakan komunis dikalangan sastrawan, yang bergabung dalam
Lembaga Kebudajaan Rakyat (Lekra) yang berkonsep sastra realisme-sosialis.
Timbullah perpecahan dan polemik yang berkepanjangan diantara kalangan sastawan
di Indonesia pada awal tahun 1960; menyebabkan berhentinya perkembangan sastra
karena masuk ke dalam politik praktis dan berakhir pada tahun 1965 dengan
pecahnya G30S di Indonesia.
STRUKTUR ESTETIK
Sesungguhnya
secara instrinsik ciri-ciri sastra terutama struktur estetiknya angkatan 45 dan
angkatan 50 sukar dibedakan sebab gaya angkatan 45 dapat dikatakan diteruskan
oleh angkatan 50. hanya saja, dengan adanya pergantian situasi dan suasana
tanah air dari perang ke perdamaian, dari masa transisi penjajahan ke
kemerdekaan, maka para sastrawan mulai memikirkan masalah kemasyarakatan yang
baru dalam suasana kemerdekaan. Begitu juga para sastrawan mulai membuat
orientasi baru dengan mencari bahan-bahan dari sastra dan kebudayaan Indonesia
sendiri. Semuanya itu dituangkan kedalam karya-karya sastra mereka.
GAYA BAHASA
Memantulkan
kehidupan masyarakat yang masih harus terus berjuang dan berbenah di awal-awal
masa kemerdekaan. Disebut juga Generasi Kisah (nama majalah sastra). Di masa
ini sastra Indonesia sedang mengalami maraknya cerpen. Juga marak karya-karya
teater dengan tokohnya Motenggo Boesye, Muhammad Ali Maricar, W.S. Rendra
(sekarang Rendra saja). Mulai tumbuh sarasehan-sarasehan sastra terutama di
kampus-kampus.
E.KARYA SASTRA ANGKATAN 60-an
Latar
Belakang
Pada periode 60-an muncul
adanya angkatan, yaitu angkatan ’66. Lahirnya angkatan ’66 ini didahului adanya
kemelut dalam segala bidang kehidupan di Indonesia yang disebabkan ulah teror
politik yang dilakukan PKI dan ormas-ormas yang bernaung di bawahnya. Angkatan
’66 mempunyai cita-cita ingin adanya pemurnian pelaksanaan Pancasila dan
melaksanakan ide yang terkandung di dalam Manifest Kebudayaan.
Tumbuhnya angkatan ’66 yang dipelopori oleh KAMMI/KAPPI untuk memperjuangkan
Tritura.
Munculnya nama angkatan ’66 telah
diumumkan oleh H.B. Jassin dalam majalah horison nomor 2 tahun 1966.
Pada tulisan tersebut dikatakan bahwa angkatan ’66 lahir setelah ditumpasnya
pengkhianatan G.30S/PKI. Penanaman angkatan ’66 ini pun mengalami adu pendapat.
Sebelum nama angkatan ’66 diresmikan, ada yang memberi nama angkatan Manifest Kebudayaan
(MANIKEBU).
Karakteristik
Karakteristik
o Muncul adanya angkatan, yaitu angkatan ‘66
o Tema yang diangkat banyak mengenai masalah
kegelisahan batin dan rumah tangga. Kegelisahan tersebut bersumber pada situasi
budaya belum mapan dan situasi-situasi tersebut karena adanya norma politik,
norma ekonomi.
o Adanya sastra protes, contoh: kumpulan sajak Tirani dan
Benteng karya Taufik Ismail
o Arti penting sajak angkatan ’66 pertama bukanlah
sebagai seni, tetapi merupakan curahan hati khas anak-anak muda yang mengalami
kelegaan perasaan setelah masa penindasan.
F.KARYA SASTRA ANGKATAN 66-AN
CIRI-CIRI
Angkatan 66-70-anAngkatan ini
ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison.
Semangat avant-garde sangat menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra
pada angkatan ini yang sangat beragam dalam aliran sastra, munculnya karya
sastra beraliran surrealistik, arus kesadaran, arketip, absurd, dll pada masa
angkatan ini di Indonesia.
Penerbit Pustaka Jaya sangat banyak membantu
dalam menerbitkan karya karya sastra pada masa angkatan ini. Sastrawan pada
akhir angkatan yang lalu termasuk juga dalam kelompok ini seperti Motinggo
Busye,Purnawan Tjondronegoro, Djamil
Suherman, Bur Rasuanto, Goenawan
Mohamad, Sapardi Djoko Damono danSatyagraha Hoerip Soeprobo dan
termasuk paus sastra Indonesia, H.B. Jassin.
Seorang sastrawan pada angkatan
50-60-an yang mendapat tempat pada angkatan ini adalah Iwan Simatupang. Pada
masanya, karya sastranya berupa novel, cerpen dan drama kurang mendapat
perhatian bahkan sering menimbulkan kesalahpahaman; ia lahir mendahului
jamannya.
STRUKTUR
ESTETIK
Angkatan ini lahir di antara
anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan ini mendobrak
kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh pemimpin-pemimpin yang salah urus.
Para mahasiswa mengadakan demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya
keadilan dan kebenaran.
Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan
’66 adalah: bercorak perjuangan antitirani, protes politik, anti kezaliman dan
kebatilan, bercorak membela keadilan, mencintai nusa, bangsa, negara dan
persatuan, berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila,
berisi protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya sastra
pada masa Angkatan ’66 antara lain: Pabrik (Putu
Wijaya), Ziarah (Iwan Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik
Ismail).
GAYA BAHASA
Menegakkan keadilan dan kebenaran
berdasarkan Pancasila dan UUD 45, menentang komunisme dan kediktatoran,
bersama Orde Baru yang dikomandani Jendral Suharto ikut menumbangkan Orde
Lama, mengikis habis LEKRA dasn PKI. Sastra Angkatan ’66 berobsesi menjadi Pancasilais
sejati. Yang paling terkenal adalah “Tirani” dan “Benteng” antologi puisi
Taufiq Ismail. Hampir seluruh tokohnya adalah pendukung utama Manifes
Kebudayaan yang sempat berseteru dengan LEKRA.
G.Karya Sastra Angkatan
70-an
Latar Belakang Munculnya Sastra Indonesia Angkatan 70-an
Munculnya periode 70-an karena adanya pergeseran sikap berpikir dan
bertindak dalam menghasilkan wawasan estetik dalam menghasilkan karya sastra
bercorak baru baik di bidang puisi, prosa maupun drama. Pergeseran ini
mulai kelihatan setelah gagalnya kudeta G 30 S/PKI. Abdul Hadi W.M. dan damai
Toda menamai sastra Indonesia modern pada tahun 1970-an dengan sastra periode
70-an. Korrie Layuan Rampan cenderung menamai Sastra Indonesia sesudah angkatan
‘45 dengan nama angkatan ‘80.
Dalam periode 70-an pengarang berusaha melakukan eksperimen untuk mencoba
batas-batas beberapa kemungkinan bentuk, baik prosa, puisi, maupun drama
semakin tidak jelas. Misalnya, prosa dalam bentuk cerpen, pengarang sudah
berani membuat cerpen dengan panjang 1-2 kalimat saja sehingga terlihat seperti
bentuk sajak. Dalam bidang drama mereka mulia menulis dan
mempertunjukkan drama yang absurd atau tidak masuk akal. Sedangkan dalam
bidang puisi mulai ada puisi kontemporer atau puisi selindro.
Periode 70-an
telah memperlihatkan pembaharuan dalam berbagai bidang, antara lain; wawasan
estetik, pandangan, sikap hidup, dan orientasi budaya. Para sastrawan
tidak mengabaikan sesuatu yang bersifat tradisional bahkan berusahan untuk
menjadikannya sebagai titik tolak dalam menghasilkan karya
sastra modern.
Jenis Karya Sastra Angkatan 70-an
1. Puisi
a) Struktur Fisik
ü Puisi begaya bahasa mantera
menggunakan sarana kepuitisan berupa ulangan kata, frasa, atau kalimat. Gaya
bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya hiperbola untuk memperoleh efek
yang sebesar-besarnya, serta menonjolkan tipografi.
ü Puisi konkret sebagai
eksperimen.
ü Banyak menggunakan kata-kata
daerah untuk memberikan kesan ekspresif.
ü Banyak menggunakan permainan
bunyi.
ü Gaya penulian yang prosaik.
ü Menggunakan kata yang sebelumnya
tabu.
b) Struktur Tematik
ü protes terhadap kepincangan
masyarakat pada awal industrialisasi;
ü kesadaran bahwa aspek manusia
merupakan subjek dan bukan objek pembangunan;
ü banyak mengungkapkan kehidupan
batin religius dan cenderung mistis.
ü cerita dan pelukisnya bersifat
alegoris atau parable;
ü perjuangan hak-hak azasi manusia;
kebebasan, persamaan, pemerataan, dan terhindar dari pencemaran teknologi
modern;
ü kritik sosial terhadap si kuat
yang bertindak sewenang-wenang terhadap mereka yang lemah, dan kritik tentang
penyelewengan.
2. Prosa dan
Drama
a) Struktur
Fisik
ü melepaskan ciri konvensional,
menggunakan pola sastra “asurd” dalam tema, alur, tokoh, maupun latar;
ü menampakkan ciri latar
kedaerahan“warna lokal”.
b) Struktur
Tematik
ü sosial: politik, kemiskinan, dan
lain-lain;
ü kejiwaan;
ü metafisik.
H.Karya Sastra Angkatan 80-an
Periode 80-an ini merupakan sastra
yang dinamik yang bergerak bersama masyarakat Indonesia untuk menuju
kehidupannya yang baru dengan wawasan konstitusional.Seperti yang dikatakan
Putu Wijaya bahwa kasusastraan itu adalah alat untuk mencurahkan makna agar dapat
ditumpahkan pada manusia secara utuh dan makna itu hendaknya disalurkan agar
mengalami proses mengembang dan mengempis masuk ke dalam kehidupan serta
mengembangkan hal-hal yang sebelumnya belum terpikirkan oleh manusia.
Periode 80-an lahir dari konsepsi
improvisasi dalam penggarapan karya sastra menuju hasil dan bobot maksimal
serta baru dari konsep yang menentang pada satu kehidupan. Para sastrawan
mengikuti perkembangan jaman yang dituntut adanya keberanian dan kreativitas
untuk berkarya. Banyak karya sastra yang dijadikan drama drama radio. Pada
periode 80-an ini karya sastra film juga berkembang pesat. Perfilman Indonesia
banyak ditonton dan diminati oleh masyarakat dan para sutradara pun aktif
menciptakan film-film baru. Misal film yang bertemakan percintaan remaja yaitu
Gita Cinta SMA ini banyak mempunyai penggemar baik dikalangan muda maupun tua.
Karakteristik
ü Genre yang muncul
prosa, puisi, drama, sajak, film, kritik, dan esai.
ü Pada sajak cenderung
mengangkat tema tentang ketuhanan dan mistikisme.
ü Puisi yang dihasilkan
bercorak spiritual religius.Misal Kubakar Cintaku karya Emha Ainun Najib.
ü Novel yang dihasilkan
mendapat pengaruh kuat dari budaya barat, dimana tokoh utamanya mempunyai
konflik dengan pemikiran timur dan mengalahkan tokoh antagonisnya.
ü Bahasa yang digunakan
realistis, bahasa yang ada dimasyarakat dan romantis.
ü Karya sastra yang
dihasilkan mengangkat masalah konsep kehidupan sosial masyarakat yang memuat
kritik sosial, politik, dan budaya.
ü Para sastrawan
menggunakan konsep improvisasi.
ü Dalam
karya sastra terdapat konsepsi pembebasan kata dari pengertian aslinya.
1xBet Korean Online Gambling Site - KoreanBet.co.kr
BalasHapus1xBet - Live! online casino & poker. Live casino 1xbet & poker. Bet on sports & casino. deccasino Live blackjack & roulette, roulette, live blackjack & 메리트 카지노 주소 live